Langsung ke konten utama

laporan hasil pengamatan pertambangan paboya, palu sulteng



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam bahan tambang yang terdapat di dalam tanahnya, bahan tambang banyak ditemukan di berbagai dareha tertentu. Bahan tambang tersebut seperti minyak bumi, gas alam, emas, batu bara, bijih besi, dan aspal merupakan jenis bahan tambang yang terdapat di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia.
Emas mempunyai sebutan Logam Mulia salah satu mineral yang terdapat di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Nilai investasi emas meningkat setiap tahunnya, ini dikarenakan perdangangan emas yang terus meningkat  dari waktu ke waktu. Emas juga memberikan kontribusi berupa devisa yang sangat besar bagi negara-negara pengekspor emas, oleh sebab itu banyak orang yang berinvestasi menggunakan logam mulia ini.
Emas terdapat di sekitar permukaan tanah atau di dalam lapisan tanah, daerah aliran sungai adalah tempat yang banyak terdapat logam ini, karena sungai merupakan tempat lewatnya mineral tambang dari tempatnya terbentuk. Daerah hilir sungai adalah tempat paling strategis yang merupakan akhir dari arah aliran air. Hilir sungai menjadi tempat berkumpulnya arah aliran beberapa sungai, jadi hilir sungai merupakan tempat endapan-endapat mineral emas dan mineral lainnya terkumpul.
Emas merupakan salah satu jenis mineral yang memiliki banyak manfaat. Kegunaan emas yang utama adalah sebagai bahan perhiasan berupa kalung, emas, cincin, dan sebagainya. Jenis mineral ini dapat digunakan sebagai bahan konduktor pengantar panas, emas juga terdapat di beberapa jenis alat elektronik seperti pada sim card. Emas merupakan logam yang memiliki berbagai manfaat untuk kehidupan manusia.
Untuk mendapatkan emas disekitar permukaan tanah dengan mengunakan Teknik Tradisional tidaklah sulit, karena  kita hanya perlu mengandalakan gaya gravitasi dan dalam mencariya hanya menggunakan alat sederhana yang bisa menyaring, tenik ini sering di sebut Pendulangan Emas. Dalam menggunakan teknik ini, pencarian emas tidaklah meninggalkan limbah yang berbahaya, tetapi pada teknik ini hasil yang didaptkan tidak terlalu banyan namun tidak memerlukan modal besar.
Untuk mendapatkan emas yang terdapat dalam lapisan tanah, perlu menggunkan alat dan teknologi tertentu untuk mengambil mineral pada kedalam tertentu, pada penambangan jenis ini berdampak merusak alam dan lingkungan karena penambangaan emas sistem ini menggunakan bahan kimia berbahaya. Jenis pertambangan ini seperti yang terjadi pertambangan emas di paboya.
Poboya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Kini Poboya telah menjadi areal aktifitas pertambangan emas yang tidak terkendali.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami bahas berdasarkan hasil pengamatan di pertambangan emas paboya yaitu:
1.        Apa yang menjadi sumber pencemar di pertambangan emas Poboya?
2.        Bagaimana keadaan hewan dan tumbuhan disekitar pertambangan ?
3.        Penyakit apa saja yang diderita oleh masyarakat dengan adanya pertambangan tersebut ?
4.        Bagaimana dampak yang sudah terjadi selama ini baik  dari bidang ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan keamanan terhadap masyarakat Poboya?
5.        Apa saja solusi yang dapat dilakukan dalam penyelamatan ekologi dan meminimalisir dampak buruk yang akan ditimbulkan tambang emas rakyat Poboya?


1.3  Tujuan
1.        Mengetahui keadaan lingkungan di tambang emas kelurahan Poboya,  sumber pencemaran pertambangan emas di Poboya.
2.        Mengetahui keadaan hewan dan tumbuhan disekitar pertambangan.
3.        Mengetahui Penyakit yang diderita oleh masyarakat dengan adanya  pertambangan tersebut.
4.        Mengetahui dampak tambang emas Poboya terhadap kehidupan masyarakat dalam beberapa bidang.
5.         Mengetahui solusi dari permasalahan lingkungan dan ekologi di tambang emas Poboya.
1.4  Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal                     : Jumat/ 9 Desember 2016
Pukul                                 : 09.00 – 13.10
Lokasi pengamatan           : Pertambangan Emas Paboya
Metode Pengamatan         :
 a. teknik wawancara
Teknik pengumpulan yang dilakukan dalam bentuk tanya jawab langsung dengan responden.

                                                       b. Teknik Survey
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengunjungi langsung lokasi pertambangan emas dan mengamati langsung semua proses dan kondisi lingkungan baik dipertambangan atau sekitarnya.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Poboya yang dahulunya merupakan kawasan pertanian dengan hamparan sawah, ladang dan kebun-kebun  masyarakat, kini dipenuhi dengan mesin-mesin tromol pengolah emas dan lubang-lubang menganga bekas galian para penambang. Ironisnya, beberapa diantaranya adalah milik sejumlah oknum aparat keamanan dan elit pemerintahan di Palu. 
Setelah lebih dari setahun emas Poboya diolah, nyaris tak ada perubahan nasib masyarakat setempat. Malahan kejadian signifikan adalah perubahan bentang alam, tindak kriminal, konflik tanah, peralihan kepemilikan lahan, dan ancaman pencemaran, masyarakat beberapa kali melaporkan kasus kematian hewan ternak akibat limbah buangan disekitar sungai Poboya. Celakanya, Poboya adalah water catchment area (daerah tangkapan air) bagi ratusan ribu masyarakat kota Palu termasuk PDAM yang menyuplai kebutuhan air bersih warga. 
Selain itu, berkurangnya debit air sungai Poboya dan Kawatuna akibat penggunaan air oleh mesin-mesin pengolahan emas telah mengorbankan sumber-sumber pendapatan  dan mata pencaharian masyarakat. Krisis air ini telah mematikan sumber kehidupan para petani bawang, padi dan sayur mayur  yang sangat bergantung pada pasokan air sungai ini.
Kini, aktifitas penghancuran bukit dan lahan itu telah menyebar ke wilayah-wilayah sekitarnya, bahkan mesin-mesin tromol pengolah emas telah beroperasi di tengah-tengah pemukiman warga. Pemerintah yang mestinya mengambil posisi terdepan dalam penyelesaian masalah ini nyaris tak berdaya dan tak berbuat apa-apa.
Pertambangan emas paboya menurut beberapa masyarakat merupakan satu-satunya pertambangan yang dilakukan ditengah-tengah kota dan pemukiman warga, kekhawatiran itu tidak berakhir disini, perusahaan besar bernama Bumi Resourches yang memiliki izin konsesi tidak henti-hentinya berupaya mengeksploitasi potensi emas disini. Bila ini terjadi maka kemungkinan besar akan ada buyat episode ke dua.
     Keprihatinan dan kekhawatiran kian bertambah, setelah mengingat pernyataan seorang aktifis lingkungan yang menyodorkan data dan fakta-fakta pertambangan dalam suatu seminar, dimana belum ada terbukti satupun pertambangan di dunia ini yang ramah lingkungan dan mensejahterakan masyarakat, bila emas habis maka masyarakat akan ditinggalkan dalam kemiskinan dan penderitaan yang akut. Ternyata dibalik kilau emas ada kisah pilu yang menyertainya.
1.1  Pengertian Merkuri
Merkuri diberi simbol HG berasal dari bahasa Yunani yang berarti cairan perak. Merkuri merupakan unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar, serta mudah menguap. 
Beberapa sifat fisik dan kimia yang menarik dari logam tersebut adalah pada temperatur kamar 25° celcius berwujud cair, titik bekunya relatif rendah -39° Celcius dan titik didih sekitar 357° Celcius, mudah menguap, mudah bercampur dengan logam-logam lain membentuk logam campuran atau dalam dunia kimia biasa disebut amalgam/alooy.
1.2  Efek Merkuri Bagi Kesehatan
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun metilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin.
Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri adalah bahan karsiogenik.
Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya, pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan, masalah pada pencernaan dan ginjal juga dapat terjadi.
Oleh karena itu, merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Standard yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari). 
1.3  Fakta Mengenai Bahaya Merkuri
Kasus tosisitas metil merkuri yang tidak pernah terlupakan oleh kita adalah “Minamata Disease” di Jepang. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penduduk sekitar kawasan tersebut mengkonsumsi secara rutin ikan yang berasal dari laut disekitar Teluk Minamata dan ternyata bahwa ikan telah tercemar logam merkuri yang berasal dari limbah industri plastik. Gejala keanehan mental, dan cacat saraf mulai nampak terutama pada anak-anak. Namun, gejala tersebut baru diketahui 25 tahun kemudian sejak gejala penyakit tersebut ditemukan. 
Kasus yang serupa juga terjadi di Indonesia, di mana sejak tahun 1996 Perairan Teluk Buyat di Propinsi Sulawesi Utara telah dijadikan tempat perbuatan tailing oleh PT Newmont Minahasa Raya akibatnya masyarakat yang mengkonsumsi ikan sekitar di teluk Buyat mengalami gangguan kesehatan terutama penyakit kulit. Kegiatan penambangan seperti halnya PT NMR merupakan pengambilan logam dari sumbernya termasuk logam berat dalam pengambilan emas. Bijih primer yang terbungkus oleh mineral sufida yang kaya akan logam-logam diekstraksi untuk memperoleh emas, kemudian sulfida tersebut di buang ke alam. 
Kasus serupa juga kini mengancam Kota Palu, di mana hasil pengujian laboratorium Dinas Kesehatan Kota Palu menyimpulkan, air sumur dan limbah yang berada disekitar tambang yang berada di Jalan Maleo positif mengandung mercury atau zat yang dapat mematikan. Hal ini diungkapkan Kabid pengendalian masalah kesehatan Dinkes Kota Palu. Sample air di Jalan Maleo yang diuji di Laboratorium Makassar tahun 2009 lalu, positif terkontaminasi dengan merkuri. Jika hasil lab menunjukkan 0,01 masih bisa dikatakan normal, namun saat ini hasilnya telah mencapai 0,005 yang berarti positif mengandung merkuri. Untuk jangka pendek reaksi merkuri memang belum terasa. Namun untuk jangka panjang, 80 persen zat ini terakumulasi tersimpan dalam badan makhluk hidup.
Berdasarkan fenomena yang ada maka kami mengetahui bahwa kegiatan penambangan bijih emas oleh masyarakat di areal penambangan emas Poboya dilakukan dengan cara amalgamasi. Cara tersebut merupakan cara konvesional untuk mengekstraksi bijih emas dengan menggunakan logam merkuri. Dengan cara ini ion Hg22 + dalam bentuk larutan dinteraksikan dengan batuan bijih emas (Au) sehingga terbentuk suatu amalgam (campuran emas terlarut dalam merkuri). Emas terlarut dalam amalgam segera terokidasi dengan cepat oleh oksigen di udara membentuk Au 203.
Perlu diketahui bahwa Au3+, pada dasarnya berada dalam bentuk Au203 dimana Au203 tersebut sangat mudah terdekompsisi menjadi Au dan O2 pada suhu sekitar 150 C. Jika pemanasan yang lazim dilakukan penambang emas konvesional pada prinsipnya mendekomposisi Au203 menjadi Au (emas) dan oksigen (O2) dan sekaligus menguapkan merkuri yang masih bercampur dengan emas. Uap merkuri tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan sebagaimana yang telah diungkapkan di atas.
Berdasarkan uraian di atas maka patut semua pihak baik masyarakat maupun penentu kebijakan untuk menyikapi hal tersebut secara arif dan bijaksana sehingga kasus Minamata dan Buyat tidak terjadi di daerah kota Palu yang kita cintai ini.  



BAB III
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Wawancara

            3.1.1 Berikut hasil wawancara dengan ketua RW-04 kelurahan paboya,  Bapak Herman Pandejuri pada jumat, 9 Desember 2016.

Gambar 1. Wawancara dengan Bpk. Herman Pandejuri
Ket :
X = kelompok 1 sebagai Pewawancara
Y = Bpk Herman Pendejuri sebagai narasumber

X: Assalamualaikum pak, apa kabar pak?
Y: Walaikusalam, baik.
X: Kami dari mahasiswa FKIP UNTAD pend.matematika ingin bertanya kepada bapak seputar pertambangan di paboya ini, boleh pak?
Y: Oh, iya de. Silakan
X: Pertama-tama, namanya bapak siapa?
Y: Herman panderjuri
X: Baik pak Herman, Sebelum adanya pertambangan, bagaimana kondisi lingkungan di sini pak?
Y: Kalau kondisi hutan disini sebelum adanya pertambangan ya bisa di bilang utuh, kita disini dari dulu hanya “ba rotan” dan bercocock tanam, setelah adanya tambang yang hasilnya lebih bagus/diatas dari bercocok tanam jadi kita beralih profesi. Ya tinggal nol koma sekian persen saja yang bertani, tidak lagi menanam padi tapi tinggal menanam rica ya pokoknya bumbu dapurlah.

X: Jadi, kondisinya sudah tidak bagus lagi ya?
Y: Ya, tentu saja lingkungan disini tidak sama seperti yang dulu lagi. akibat adanya aktivitas pertambangan sangat merusak lingkungan, sedangkan menggali tanah saja dapat merusak kehidupan cacing   yang ada didalam tanah. Apalagi aktivitas yang dilakukan dipertambangan tersebut. Selain itu juga, kalian bisa melihat disepanjang jalan banyak debu yang berterbangan yang menganggu pernafasan, belum lagi rusaknya jalan akibat truk-truk yang sering melintas di jalan ini.
X: Bagaimana dengan kondisi air yang bapak lihat?
Y: Kalo dilihat kondisi air sendiri bersih, Untuk sungai terlihat bersih hanya saja banyak warga yang membuang sampah sembarangan dan air sungai mungkin telah tercemar oleh limbah.
X: Dengar-dengar pak, katanya pertambangan ini ilegal. Bagaimana tanggapan Bapak dengan pernyataan tersebut?
Y: Tidak, kalo di bilang ilegal tidak. Ya kita sebagai masyarakat yang lahir dan besar disini mempertahankan hak juga.
X: Bagaimana teknik pngelolahan lingkungan dari tambang emas ini?
Y: Menurut kami warga disini dulu bercocok tanam  mungkin yang utama tapi setelah beralih ke pertambangan, yang namanya menjaga lingkungan ya jelas tidak bisa lagi terjaga sebab adanya pengeruhkan kiri-kanan yang kita gali diatas(daerah pertambangan) karena pertambangan itu.
X: Kalo begitu pak, kira-kira sudah berapa luas tanah yang digali di pertambangan itu pak?
Y: Kalau misalnya luas tanah yg digali disatukan semua kira-kira sudah 2-3 hektar. Tapi kalo untuk luas areal yg “luka-luka” itu ya sudah puluhan hektar.
X: Sudah berapa lama adanya aktivitas di pertambangan ini?
Y: Dari tahun 2008. Disini yang perlu ade ketahui pada tahun 2007 kondisi ekonomi kami dipaboya ini sekitar 75% memang di bawah garis kemiskinan, jdi melihat keadaan itu pemerintah yang pada waktu itu pertama menjabat sebagai walikota (H Rusdi Mastura), dipaparkan disana bahwa memang kondisi kemiskinan dipaboya ini masih sekitar 75% sehingga ya dibukalah pertambangan ini. Nanti setelah adanya pertambangan kehidupan masyarakat di paboya ini istilahnya sudah bisa mengikuti kelurahan tetangga tidak terlalu jauhlah perbedaannya. Pernah juga pemerintah serta badan lingkungan dari pusat beserta walikota datang sama saya untuk menanyakan masalah ini mengenaik lingkungan disini, namun ya itu saja yang bisa saya jawab dengan melihat keadaan kami yang dulu. Hanya saja setelah beralih ke pertambangan ya tidak bisa dipungkiri pasti adanya kerusakan lingkungan. Waktu itu saya hanya mengatakan kepada mereka bahwa ya “apa boleh buat pak yang kita utamakan mengisi perut”. Jdi saya mengatakan yang namanya kerusakan lingkugan itu ya nomor 2, sebab kalau kami lapar apapun yang dibicarakan pemerintah itukan tidak masuk diakal kami.
     Jadi pada waktu itu walikota langsung mengambil kesimpulan bagaimana menciutkan lahan, nah itu yang masih diperjuangkan sampai sekarang ini. Kami juga kebigungan dengan masalah ini kami seperti dipimpong, kami tanya ke pemerintah tapi pemerintah suruh tanya ke perusahan Central palu Mineral (PT CPM) begitu pula sebaliknya.
     Jadi, yaa akhirnya jalan satu-satunya bertahan dan melawan.
X: Ada tidak pak, korban akibat aktivitas pertambangan ini?
Y: Bukan rahasia lagi, akibat banyaknya lubang yang digali kemudian hujan turun mengakibatkan tanah tidak mampu lagi menopang sehingga pekerja tambang yang berada dilubang tertimbun dan menurut keterangan dari warga sudah banyak yang jadi korban akibat tertimbun tanah. Ada juga yang terlindas truk karena jalan yang tidak bagus dan sebagaimanya.
X: Yang bekerja ditambang, apakah semua dari warga paboya atau ada juga dari luar?
Y: Hanya sekitar 30% saja warga disini yang bekerja di tambang, selebihnya dari luar bahkan ada yang dari Jawa. Kami disini hanya sebagai pemilik lahan, 30% dari hasil tambang itu diperuntukkan untuk kami.
X: Bagaimana dengan penghasilan warga disini pak?
Y: Berbicara mengenai penghasilan itu bervariasi tergantung dari hasil pertambangan yang di dapat. Pada tahun 2008 sampai akhir 2008 hasilnya cukup menggembirakan kita hanya cabut rumput saja kemudian ambil pasirnya terus di tromol kita bisa dapat 2-3 gr. Nanti bulan 3 tahun 2009 adanya penertiban pertama.
X: Apakah ada AMDAL atau undang-undang yang mengatur tentang pertambangan ini?
Y: Begini pada waktu itu tahun 2009-2010 kami berjuang, memang ada kesepakatan dari antara masyarakat disini dan pemerintah namun kesepakatan itu tidak dibukukan, dari pemerintah sendiri mengatakan adat yang payungi dan sampai sekarang adat yang payungi, makanya tambang tertib disini dan paling dekat dengan batas kota. Untuk AMDAL bisa dilihat di kantor kelurahan paboya.


Gambar 2. Foto bersama (kelompok 1 dan bpk. Herman Pandejuri)


3.1.2 Hasil wawancara dengan warga sekitar sekaligus pemilik tanah, pak Adi
Gambar 3. Saat wawancara dengan pak Adi
Berikut hasil  wawancara singkat dengan warga serta pemilik lahan dan pemilik pabrik tromol.
Ket:
X : kelompok 1 sebagai pewawancara
Y : pak Adi sebagai narasumber

X: Melihat aktivitas pertambangan ini, menganggu tidak kesehatan masyarakat?
Y: Kalau pertambangan saya rasa, tidak hanya saja memang banya debu dimana-mana. Tapi itu sudah biasa.
X: Selain debu, apalagi pak yang kira-kira menganggu kesehatan atau merusak lingkungan?
Y: Kalo mesin tromol saya rasa tidak, cuma yang dibilang “tong” itu yang menganggu karena menggunakan bahan kimia semacam sianida, kalo disini kita sebut air perak. Kalau tong(semacam belangan tapi tinggi besar) limbahnya kan dibuang.
X: Memangnya limbahnya dibuang kemana pak?
Y: Ya dibuang begitu saja, tapi kebanyakan dibuang didaerah perintis.
X: kenapa dibuang begitu saja, apa limbahnya tidak berbahaya pak?
Y: Kalo diminum hewan, hewan bisa mati. Dan sudah banyak hewan warga yang mati karena meminum limbah ini.
X: Bahaya sekali limbahnya, kira-kira penghasilan bapak sebulan berapa?
Y: Kalo dikira-kira sulit, itu tergantung dari yang kami dapatkan. Orang dari lokasi kami yang bayarkan, belum lagi solar dan pembelian air perak ataupun mengganti kerugian.
3.2 Hasil Observasi (Dokumentasi Daerah Pertambangan)
 
Gambar 4. Perjalanan menuju tambang emas tua paboya setelah mendapat izin dari ketua RW setempat.
Gambar 5. Perjalanan menuju tambang emas
Gambar 6. Adanya kendala perjalanan akibat jalan(sungai) yang debit airnya deras dalam sehingga sulit dilalui kendaraan.

Gambar 7. Menyeberangi sungai untuk bertanya kepada warga yang bekerja di pertambangan. Disini dapat kita lihat airnya cukup jernih, namun aliran sungainya bisa dibilang tidak seperti sungai biasanya yang banyak air.
Akibat jalan yang tidak memadai disertai mogoknya salah satu motor yang kami kendarai, sehingga kami memutuskan untuk kembali dan tidak melanjutkan perjalanan untuk melihat langsung pertambangan emas disana. Namun bersyukur kami beritahu warga masih ada pertambangan emas yang lain dipaboya yang jalurnya tidak melewati sungai.”




Berikut ini dokumentasi perjalanan menuju batu tempa:
 
Gambar 8. Dapat kita lihat kondisi jalan yang rusak, berbahaya(ada jurang), jalan yang berdebu, serta dapat kita lihat juga kondisi tanah yang kering.
Gambar 9. Mesin tromol dapat ditemui sepanjang perjalanan
Gambar 10. Jalan yang curam dan berbahaya serta berdebu dan dapat kita lihat kurangnya pohon dipinggir jalan serta kami jarang menemui hewan disini.
Adanya pelarangan untuk melihat langsung pertambangan, mengakibatkan kami tidak dapat lagi melajutkan perjalanan, dan memang sangat berbahaya apalagi kami sebagai pengujung/peninjau
Berikut foto dokumentasi aktivitas pertambangan emas yang kami dapatkan melalui via internet:
 
Gambar 11. Sumber internet





3.3 Pembahasan Hasil Wawancara dan Observasi
3.3.1 Sumber Pencemaran Tambang Poboya
            Berdasarkan survei lapangan(wawancara) dan pengkajian referensi yang kami lakukan, sumber pencemar utama pada Tambang Emas Poboya adalah zat merkuri (Hg). Masyarakat setempat dan para penambang sering menyebut merkuri dengan sebutan air perak. 
Merkuri digunakan sebagai bahan kimia pembantu pada proses pengolahan (amalgamasi) yang sesuai dengan sifatnya berfungsi untuk mengikat butiran-butiran emas agar mudah dalam pemisahan dengan partikel-partikel lain dalam tanah. Proses kerja pemisahan emas dari partikel-partikel tanah yang dilaksanakan penambang emas Poboya adalah pemecahan partikel tanah, penggilingan, pemisahan partikel tanah dengan ikatan merkuri dan butiran emas, penyaringan, dan pemanasan.
3.3.2 Kondisi Lingkungan dan Kondisi Masyarakat
Berikut kesimpulan data yang kami dapatkan dari wawancara dan observasi langsung terkait kondisi lingkungan dan kondisi Masyarakat.
A.    Kondisi Lingkungan

No
Pengamatan
Kondisi
Keterangan
1.
Udara
Kurang baik
Banyak debu
2.
Tanah
Kurang baik
Kekeringan dan gundul
3.
Air
Kurang Baik
Jernih bila dilihat secara langsung namun aliran sungai tidak ada
4.
Tumbuhan
Kurang Baik
Mati kekeringan dan ditebang
5.
Hewan
Kurang Baik
Tempat tinggalnya terganggu

B.     Kondisi Masyarakat
No
Pengamatan di Bidang
Kondisi
Keterangan
1.
Ekonomi
Baik
Menunjang kebutuhan masyarakat
2.
Kesehatan
Kurang Baik
Kulit hitam dan terbakar
3.
Sosial
Kurang Baik
Sibuk pada pekerjaan di tambang dibanding bermasyarakat
4.
Budaya
Baik
Sibuk dan menghargai waktu dan orang lain
5.
keamanan
Kurang baik
Jalanan yang kurang memadai untuk ditempuh

3.3.2.1 Pembahasan
Adapun pembahasan pada pengamatan ini yaitu mengenai pertambangan emas di Poboya kecamatan Palu Timur telah menimbulkan dampak positif dan dampak negatif baik dari bidang ekonomi, kesehatan, sosial, budaya dan keamanan.
Dari hasil pengamatan kami mengenai konflik yang terjadi antara masyarakat adat dengan pemerintah daerah dalam pengelolaan tambang emas di Kelurahan Poboya sebagai akibat dari kebijakan pemerintah daerah yang cenderung mengabaikan hak-hak dan kepentingan masyarakat adat Poboya dalam  pengelolaan tambang emas tersebut, yaitu terbitnya Surat Edaran Walikota Palu Nomor Nomor: 610/0185/3/2009 tertanggal 16 Maret 2009 Tentang Pelarangan Aktivitas Pertambangan Rakyat di Kelurahan Poboya dan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 180/345/Biro Hukum-G.ST/2009 Tentang Penertiban Terpadu Penambang Emas di Kelurahan Poboya.
Lahirnya kebijakan-kebijakan pemerintah daerah terhadap pengelolaan tambang emas di Kelurahan Poboya diwarnai konspirasi dengan pihak perusahaan, pemerintah pusat, dan aparat kepolisian. Pemerintah daerah dalam membuat kebijakan lebih mengedepankan kepentingan pribadi atau kepentingan politik dan tidak mengakomodasi aspirasi dan kepentingan masyarakat adat Poboya dan masyarakat seluruh kota Palu.
Adapun wawancara kami kepada masyarakat Poboya(ketua RW) mengenai ada atau tidaknya izin AMDAL yang dimiliki pertambangan emas tersebut adalah pertambangan tersebut memiliki izin AMDAL dan surat izin tersebut terdapat di kantor kelurahan Poboya.
Dari pengamatan yang kami dilakukan mengenai lingkungan sekitar Poboya adalah pertama yaitu pengamatan udara yang  tercemar oleh debu akibat pengangkutan hasil tambang secara terus menerus dan didukung oleh cuaca yang panas serta keadaan tanah yang kering dan berpasir sehingga debu banyak dan hal tersebut kurang baik untuk pernapasan dan indra penglihatan.
Kedua, tanah yaitu kurang baik akibat kurangnya curah hujan sehingga terjadi kekeringan, kurangnya humus tanah akibat tanah yang tidak diolah dan dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar. Bila dilihat dari jauh sangat jelas tanah daerah pertambangan yang ada digunung sudah sangat memperihatinkan karena tanahnya gundul dan berlubang akibat pertambangan yang dilakukan pekerja tambang . Bila hujan terjadi secara terus menerus maka daerah tersebut akan longsor akibatnya masyarakat yang mencari nafkah didaerah sekitar itu terancam terkena longgsor dan sangat berbahaya.
Ketiga, air di Poboya bila dilihat secara langsung warnanya jernih dan terdapat saluran irigasi namun pada saluran sungai tidak terdapat air akibat saluran air yang kesungai tersebut ditutup sehingga sungai yang terlihat luas menjadi kering dan tidak bermanfaat bagi daerah tersebut. Dimana sungai tersebut ditutup dikarenakan sudah tercemar oleh merkuri atau limbah dari pekerja tambang. Apabila hujan terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan banjir dan longsor akibat saluran air yang tidak ada.
Pada pengamatan keempat, hewan dan tumbuhan yang ada disekitar pertambangan kurang bahkan hampir tidak ada. Tumbuhan yang ada disekitar tersebut banyak yang mati akibat kekeringan dan lebih banyak mati akibat ditebang oleh pekerja tambang untuk memperlus area tambang dengan membuat lubang selain itu dikarenakan tercemar oleh merkuri yang digunakan para pekerja tambang yang tidak bertanggung jawab. Sehingga daerah tersebut gundul dan dapat dikatakan sebuah kasus perusakan alam. Sedangkan pada hewannya banyak yang mati akibat tercemar oleh merkuri dan kehilangan tempat tinggal akibat pertambangan tersebut. Mengenai limbah dari pertambangan telah dibuatkan lubang besar untuk menampung limbah tersebut sehingga dampaknya sangat besar pada tanah tersebut dan kehidupan yang ada disekelilingnya.
3.3.3 Dampak Adanya Pertambangan
Adapun pengamatan kami mengenai dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat Poboya akibat pertambangan dalam bidang-bidang seperti:
1.             Bidang ekonomi
Kondisi masyarakat di Poboya dalam bidang ekonomi dilihat sangat menjamin kebutuhan primer, sekunder maupun tersier dari hasil usaha dan kerja keras di pertambangan emas tersebut. Dimana dilihat dari tempat tinggal atau rumah yang bagus, memiliki kendaraan motor dan juga mobil hampir setiap rumah.
2.             Bidang kesehatan
Jika dilihat dari bidang kesehatan masyarakatnya, pada pekerja tambang dapat dilihat dari kulitnya yang hitam dan terbakar akibat kondisi yang penuh dengan debu, panas dan cara kerja yang tidak menggunakan pakaian yang memadai untuk melindungi dari panas dan debu namun hanya memakai pakaian yang seadanya. Selain penyakit kulit masih banyak lagi penyakit yang belum kami temukan dikarenakan yang kami temukan hanya pada kulit. Namun penyakit yang diderita akibat dampak pertambang tersebut akan muncul walaupun dalam kurun waktu yang lama akibat bahan merkuri yang digunakan.
3.             Bidang sosial
Pada pengamatan dibidang sosialnya kurang baik karena masyarakatnya hanya dan sangat tergantung pada pekerjaan tambag dibanding pekerjaan seperti bertani, berwirausaha atau menjadi nelayan. Masyarakatnya lebih sibuk dengan pekerjaan yang satu tersebut dengan hasil yang lebih besar dibanding pekerjaan yang lain dan hal tersebut merugikan para pekerja tani karena hasil yang lebih rendah dibanding pekerja tambang dan dampak yang ditimbulkan juga merugikan para petani sehingga hasilnya sangat kurang memuaskan.
4.             Bidang budaya
Budaya masyarakat Poboya lumayan baik dikarenakan orang-orangnya sangat menghargai waktu dimana waktunya digunakan untuk bekerja dan terus bekerja, serta menghargai orang lain yang bertamu kerumahnya.
5.             Bidang keamanan
Bila dilihat dari bidang keamanan, daerah Poboya belum bisa dikatakan aman karena daerah jalanan yang tidak memadai, aliran sungai yang tidak ada, dan rusaknya gunung serta lingkungan akibat yang ditimbulkan oleh pertambangan emas tersebut.
Dari pengamatan yang kami lakukan, kami mengambil gambar langsung dari daerah Poboya sehingga dengan melihat langsung dapat dikatakan pertambangan tersebut harus ditutup bila tidak diperbaiki dampaknya.
3.3.4 Solusi
Untuk menyelamatkan ekologi dan meminimalisir dampak-dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh pertambangan emas  rakyat Poboya, berikut beberapa solusinya yang kami dapatkan melalui beberapa sumber:

1.    Menerapkan sistem pertambangan yang lebih ramah lingkungan
Jika memungkinkan proses amalgamasi ditiadakan kemudian tromol hanya digunakan untuk menghancurkan batu, selanjutnya diproses dengan sianidasi menggunakan tong berskala kecil tanpa merkuri.

2.    Menerapkan sistem pengolahan limbah. Sebelum dibuang, limbah perlu diolah secara khusus untuk meminimalisir dampak buruk yang akan ditimbulkannya. 

3.    Bioremidiasi pada lokasi-lokasi yang telah tercemar. Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.
Bioremidiasi untuk zat pencemar merkuri menggunakan bakteri Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512 berdasarkan hasil temuan Dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, Dwi Andreas Santoso. Untuk detoksifikasi merkuri, teknologi yang ditemukan Andreas mampu menurunkan merkuri dalam limbah hingga 98,5% dalam waktu 30 menit.
4.    Perlu pengawasan dan aturan kegiatan pertambangan emas rakyat
Pengawasan, aturan, dan sanksi yang tegas perlu dipraktekkan untuk meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan.

5.    Menanamkan kesadaran pada masyarakat . Perlu dilakukan sosialisasi secara berkesinambungan kepada masyarakat Poboya dan para penambang untuk memancing rasa kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dari kerusakan. Sosialisasi dapat dilakukan dengan mempresentasikan segala dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh pertambangan emas Poboya, baik dampak-dampak buruk yang akan terjadi dalam jangka pendek, menangah, dan panjang.

6.    Menutup segala aktivitas pertambangan di Poboya . Menutup segala aktivitas pertambangan di Poboya merupakan solusi yang paling efektif untuk menyelamatkan lingkungan. Walaupun pada kenyataannya sangat dilematis, namun pemerintah harusnya lebih memikirkan jaminan kesehatan lebih tiga ratus ribu penduduk kota Palu dibanding mementingkan segelintir orang yang meraup untung dari kepingan emas Poboya. 
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pada kenyataanya Tambang Emas Rakyat Poboya berdampak buruk bagi kondisi ekologis kawasan Poboya maupun kota Palu. Banyak dampak buruk terhadap lingkungan yang ditimbulkannya, antara lain masalah pencemaran air maupun pencemaran tanah oleh zat merkuri. Tambang Emas Rakyat Poboya menjadi peristiwa yang dilematis. Disatu sisi tambang rakyat telah memberikan lapangan kerja dan sandaran hidup bagi ribuan warga yang bekerja di areal pertambangan, di sisi lain aktifitas tambang rakyat yang sulit di kontrol telah mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang sangat serius.
Peningkatan pengetahuan sbagi para penambang tentang pengelolaan limbah penambangan diperlukan untuk meningkatkan kualitas penambangan emas tradisional di Poboya.
2.  Pada pekerja tambang dapat dilihat dari kulitnya yang hitam dan terbakar akibat kondisi yang penuh dengan debu, panas dan cara kerja yang tidak menggunakan pakaian yang memadai untuk melindungi dari panas dan debu namun hanya memakai pakaian yang seadanya.
3.  Dampak yang ditimbulkan dari pertambangan tersebut ada yang positif dan ada yang negatif namun dari hasil pengamatan kami bahwa dampak negatif yang ditimbulkan sangat besar dibanding dampak positifnya.
4.  Hewan dan tumbuhan yang ada disekitar pertambangan tersebut banyak yang mati dan kekeringan akibat dari pertambangan tersebut serta hewan yang kehilangan tempat tinggal.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk dan Teknik Penulisan Tes (Tes Pilihan Benar-Salah & Tes Sebab-Akibat)

Bentuk dan Teknik Penulisan Tes (Tes Pilihan Benar-Salah & Tes Sebab-Akibat)   KATA PENGAN TAR Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehing ga makalah Assesmen Pembelajaran Matematika yang berjudul “Bentuk dan Teknik Penulisan Tes (Tes Pilihan Benar-Salah & Sebab Akibat) ” ini dapat ter selesaikan.             Kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen mata kuliah Assesmen Pembelajaran Matematika dalam penyusunan makalah ini , s ehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan .          Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dalam hal penyusunan, serta kekeliruan baik dari segi penulisan, pengutipan, d an lain-lain . Oleh karena itu, penyusun   mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun . Penyusun juga berharap bahwa makalah ini dapat memberikan informasi

RPP perbandingan berbalik nilai K13 kelas VII SMP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP ) Perbandingan Berbalik Nilai   Penyusun: Charla Tarrua A231 ... ... Dosen Pengampu: Drs........ PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 201 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah                           : SMP Matapelajaran                : Matematika Kelas/Semester               : VII/ 1 Materi Pokok                : Perbandingan Alokasi Waktu               : 1 x 40 menit (1 Pertemuan) A. Kompetensi Inti (KI) 1.     Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2.     Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3.     Mema