Bentuk dan Teknik Penulisan Tes
(Tes Pilihan Benar-Salah & Tes Sebab-Akibat)
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Assesmen Pembelajaran Matematika
yang berjudul “Bentuk
dan Teknik Penulisan Tes (Tes Pilihan Benar-Salah & Sebab Akibat)” ini dapat terselesaikan.
Kami
juga mengucapkan terima kasih atas
bantuan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen mata kuliah Assesmen Pembelajaran Matematika
dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dalam hal penyusunan, serta
kekeliruan baik dari segi penulisan, pengutipan, dan lain-lain. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membangun. Penyusun juga berharap bahwa
makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi calon guru
khususnya rekan mahasiswa yang program mata kuliah ini.
Terima
Kasih
Palu,
25 Februari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR
ISI ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................... 2
1.3 TUJUAN......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
TES DAN TES
OBJEKTIF............................................ 3
2.1.1
Pengertian Tes........................................................ 3
2.1.2
Ciri-ciri tes yang baik............................................. 4
2.1.3
Fungsi tes............................................................... 6
2.1.4
Tes objektif............................................................ 7
2.2 TES BENAR-SALAH(true-false test).............................. 8
2.2.1 Pengertian
tes benar-salah(true-false test).............. 8
2.2.2 Contoh
soal benar-salah.......................................... 9
2.2.3 Petunjuk
penyusunan……………………………. 10
2.2.4 Kelebihan
dan kelemahan……………………….. 11
2.3 TES
SEBAB-AKIBAT.................................................... 12
2.3.1 Pengertian
tes sebab-akibat……………………… 12
2.3.2 contoh soal sebab akibat………………………… 12
2.3.3 petuntuk penyusunan…………………………….. 14
2.3.4 kelebihan dan kelemahan………………………… 14
2.4
CARA MENGOLAH SKOR…………………………. 15
BAB
III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN............................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA iii
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pada
era global semua negara berkompetensi dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan, sehingga
tingkat kesejahteraan masyarakat diharapkan akan meningkat. Lembaga pendidikan,
seperti sekolah-sekolah memiliki peran penting dalam menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas, yaitu yang mampu mengelola sumber daya alam secara
efektif dan efisien, memberi layanan jasa yang baik, serta mampu mengembangkan
usaha-usaha baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena
itu, semua lembaga pendidikan berusaha meningkatkan kemampuan lulusannya.
Tujuan
sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat. Pengembangan potensi
peserta didik dilakukan melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran
berlangsung apabila ada interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar.
Sumber belajar ini bisa guru, buku, atau ligkugan. Pencapaian belajar atau
sering disebut hasil belajar merupakan tingkat kompetensi yang dicapai peserta
didik yang mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor. Tiga ranah ini merupakan kesatuan yang menentukan kemampuan
seseorang.
Dalam
dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur
dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian
tugas atau serangkaian tugas/baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus
dijawab), atau perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai
yang melambangkan tingkah laku atau prestasi, nilai mana dapat dibandingkan
dengan nilai-nilai yang dicapai oleh tes lainnya, atau dibandingkan dengan
nilai standar tertentu.
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai. Tes objektif menuntut peserta didik
untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah
disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau
pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai
kemampuan peserta didik yang mununtut proses mental yang tidak begitu tunggi
seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, pengertian,
dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip. Salah satu jenis dari tes
objektif adalah tes benar-salah dan sebab akibat, pada
makalah ini akan dibahas mengenai tes benar-salah dan sebab akaibat.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah :
1.
Apa yang dimaksud dengan tes dan tes
objekif ?
2.
Bagaimana bentuk dan teknik penulisan
tes benar-salah (true-false test)?
3.
Bagaimana bentuk dan teknik penulisan tes
sebab-akibat/hubungan antarhal?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui dan memahami tes dan tes
objektif.
2.
Mengetahui dan memahami bentuk dan
teknik penulisan tes benar-salah (true-false
test).
3.
Mengetahui dan memahami bentuk dan
teknik penulisan tes sebab-akibat/hubungan antarhal.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Tes dan Tes objektif
2.1.1
Pengertian Tes
Istilah tes diambil dari kata “testum”
suatu pengertian diambil dari bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring
yang dibuat dari tanah.
Seorang ahli bernama James Ms. Cattel,
pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini melalui bukunya yang
berjudul “mental test and measurement”. Selanjutnya di Amerika Serikat tes ini
berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat
mulai menggunakannya.
Sebelum sampai pada uraian yang lebih
jauh, maka akan diterangkan terlebih dahulu arti dari beberapa istilah-istilah
yang berhubungan dengan tes ini:
a. Tes
Merupakan
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
b. Testing
Merupakan
saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat
pengambilan tes.
c. Testee
Merupakan
responden yang sedang mengerjakan tes.
Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur, baik mengenai
kemampuan, minat, bakat, pencapaian dan sebagainya.
d. Tester
Merupakan
orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden.
Djemari
mardapi dalam bukunya
berpendapat bahwa tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang
digunakan untuk melakukan pengukuran. Tes terdiri atas sejumlah pertanyaan yang
memiliki jawaban benar atau salah, atau semua benar atau sebagian benar.
2.1.2
Ciri-Ciri
Tes yang Baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik
sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
a. Validitas
Terdapat
dua istilah “validitas’ dan “valid”. “Validitas” merupakan sebuah kata benda,
sedangkan “valid” merupakan kata sifat. Misal dalam penggunaan kalimat “tes ini
sudah baik Karena sudah valid” atau “tes ini baik Karena memiliki validitas
yang tinggi”.
Di
dalam buku “Encyclopedia of Education Evaluation” yang ditulis oleh Scarvia B.
Anderson dan kawan-kawan disebutkan: “a test is valid if it measures what it
purpose to measure”. Dapat diartikan bahwa sebuah tes dapat dikatakan valid
apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia
valid disebut dengan istilah sahih dan validitas disebut dengan istileh kesahihan.
b. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil
dari kata reliability dalam bahasa
Inggris, berasal dari kata reliable
yang artinya dapat dipercaya. Reliabilitas merupakan kata benda sedangkan
reliabel merupakan kata sifat atau kata keadaan.
Tes
dikatakan reliabel atau dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila
hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada
para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa
akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.
c. Obyektivitas
Obyektif
berarti tidak adanya unsur priadi yang mempengaruhi, sedangkan subyektif
berarti terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan
memiliki obyektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor
subyektif yang mempengaruhi.
d. Praktikabilitas
Sebuah
tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat
praktis, dan mudah pengadministrasiannya.
Tes
yang praktis adalah tes yang:
-
Mudah dilaksanakan
-
Mudah pemeriksaanya
-
Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang
jelas
e. Ekonomis
Yang
dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak
membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal. Tenaga yang banyak dan waktu yang
lama.
2.1.3
Fungsi
Tes
Fungsi
dari sebuah tes dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:
1. Fungsi
untuk kelas
a. Mengadakan
diagnose terhadap kesulitan belajar siswa
b. Mengevaluasi
celah antara bakat dengan pencapaian
c. Menaikkan
tingkat prestasi
d. Mengelompokkan
siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok
e. Merencanakan
kegiatan proses belajar-mengajar untuk siswa secara perorangan
f. Menentukan
siswa mana yang memerlukan bmbingan khusus
g. Menentukan
tingkat pencapaian untuk setiap anak
2. Fungsi
untuk bimbingan
a. Menentukan
arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka
b. Membantu
siswa dalam menentukan pilihan
c. Membantu
siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
d. Memberi
kesepatan kepada pembimbing, guru, dan orangtua dalam memahami kesulitan
3. Fungsi
untuk administrasi
a. Memberi
petunjuk dalam mengelompokkan siswa
b. Penempatan
siswa baru
c. Membantu
siswa memilih kelompok
d. Menilai
kurikulum
e. Memperluas
hubungan masyarakat (public relation)
f. Menyediakan
informasi untuk badan-badan lain diluar sekolah
Adapun tujuan melakukan tes menurut djemari mardapi(2012) adalah untuk
mengetahui pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik
untuk bidang tertentu.
2.1.4
Tes Objektif
Tes objektif (arikunto, 2014) adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes betuk esai.
Dalam
penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada
tes esai. Kadang-kadang untuk tees yang berlangsung selama 60 menit dapat
diberikan 30 - 40 buah soal.
1. Kelebihan
a.
Mengandung lebh banyak segi-segi yang
positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih
objektif, dapat dihndari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi
siswa maupun segi guru yang memeriksa.
b.
Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya
karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan tekhnologi.
c.
Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada
orang lain.
d.
Dalam pemeriksaan, tidak unsur subjektif
yang memengaruhi.
2. Kelemahan
a. Persiapan
untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak dan
harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
b. Soal-soalnya
cenderung untuk mengungkapkan ngatan dan daya pengenalan kembali saja, dan
sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c. Banyak
kesempatan untuk main untung-untungan.
d. “Kerja
sama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
3. Cara
mengatasi kelemahan
a. Kesulitan
menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus
hingga betul-betul mahir.
b. Menggunakan
tabel spesifikasi untuk mengatas kelemahan nomor satu dan dua.
c. Menggunakan
norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.
2.2
Tes
Benar-Salah (True-False Test)
2.2.1
Pengertian Tes Benar-Salah(True-False
Test)
Tes benar-salah pada umumnya berupa pernyataan (statement), ada yang benar dan ada yang
salah. Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam
penyataan yang hendak dinilai siswa. Siswa menjawab dengan menetapkan apakah
pernyataan yang disajikan itu salah atau benar dalam arti mengandung atau tidak
mengandung kebenaran. Pada ragam lain yakni betul-salah
terdiri atas kalimat, hitungan atau ungkapan yang harus dinilai betul atau
salah tergantung pada tepat atau tidaknya penulisan, tata bahasa atau
perhitungannya.
Dalam soal tes benar salah, siswa diminta melingkari
tanda B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S
jika salah. Menurut Arikunto(2015:181) bentuk benar-salah ada 2 macam (dilihat
dari segi mengerjakan/menjawab soal)yakni:
·
Dengan pembetulan (with correction),
yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
·
Tanpa pembetulan (without correction),
yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban
yang betul.
Sedangkan
dalam hamzah ali (2014:134), ada
empat variasi yang dapat dibuat dari macam soal benar salah yaitu:
Ø Jenis
tes benar-salah biasa
Bentuk
umum dari tes ini yakni siswa hanya tinggal memberikan tanda dengan melingkari
atau menyilang huruf B apabila pernyataan tersebut dinilai benar dan melingkari
atau menyilang huruf S apabila pernyataan itu dinilai salah.
Ø Jenis
tes benar-salah dengan alasan
Siswa
tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi juga
memberikan alasannya apabila pernyataan itu dinilai salah.
Ø Jenis
tes benar-salah dengan pembetulan
Siswa
tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi membetulkan
jika pernyataan itu dinilai salah.
Ø Jenis
tes benar-salah dengan alasan dan pembetulan
Dalam
variasi ini siswa tidak hanya dituntut menilai kebenaran pernyataan tersebut,
akan tetapi juga diminta memberikan alasan dan membetulkan jika pernyataan itu
dinilai salah.
Tes dengan bentuk soal benar salah lebih luas
cakupan materi yang diujikan dan tidak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya
singkat saja. Kita mudah menyusunnya dan dapat digunakan berkali-kali, dapat
dilihat secara cepat dan objektif. Disamping itu, petunjuk cara mengerjakannya
mudah dimengerti. Pada tes ragam ya tidak, terdiri atas pertanyaan langsung
yang harus dijawab dengan ya atau tidak.
2.2.2
Contoh
Soal Benar-Salah
2.2.3
Petunjuk
Penyusunan
a. Tulislah
huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah
mengerjakan dan menilai(scoring).
b. Kalimat
yang dipergunakan untuk menyatakan isi item harus dirumuskan secara jelas dan
tegas sehingga isi item tersebut jelas mempuyai arti arti tunggal yakni benar
atau salah.
c. Hindarilah
pernyataan negatif ataupun pernyataan negatif ganda dalam suatu item seperti
tidak, bukan tidak. Karena penggunaan pernyataan negatif atau negatif ganda
dalam suatu item menuntut perhatian ekstra dari siswa untuk dapat memahami isi
item tersebut. Apabila tuntunan tidak dipenuhi, maka kemungkian besar akan
menjawab salah.
d. Usahakan
agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur
misalnya: B-S-BS-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
e. Hindari
item yang masih bisa diperdebatkan:
Contoh:
B-S. Kekayaan lebih penting daripada kepandaian.
f. Hindarilah
kata-kata yang sifatnya mutlak seperti selalu, semua, tidak pernah, mesti, dsb.
Sebab, item yang mengandung kata-kata tersebut cenderung merupakan suatu item
yang jawabannya salah. Sebaliknya penggunaan kata-kata yang sifatnya relatif
seperti barangkali, kadang-kadang, biasanya, mungkin, dsb, seringkali merupakan
tanda bahwa item yang bersangkutan benar.
2.2.4
Kelebihan
dan Kelemahan
Kelebihan:
ü Dapat
mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang lebih luas.
ü Lebih
mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan
alat-alat hasil kemajuan teknologi serta pemberian skor dimana benar skornya 1
dan salah skornya 0.
ü Dapat
digunakan berkali-kali.
ü Dapat
dilihat secara cepat dan objektif.
ü Petunjuk
cara mengerjakan mudah dimengerti.
ü Dalam
pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.
ü Merupakan
instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama
berkaitan dengan ingatan.
Kelemahan:
ü Mendorong
peserta tes untuk menebak atau menerka jawaban walaupun mereka tidak mengetahui
jawaban yang benar (banyak kesempatan untuk main untung-untungan)
ü Persiapan
untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak dan
harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
ü Soal-soalnya
cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan
sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
ü “kerjasama” antarsiswa pada waktu mengerjakan
soal tes lebih terbuka.
2.3 Tes Sebab-Akibat/ Hubungan
Antarhal
2.3.1
Pengertian Tes Sebab-Akibat
Pada
bentuk soal hubungan antarhal, siswa dituntut untuk mengidentifikasi hubungan
sebab-akibat antara pernyataan pertama (yang merupakan akibat) dan pernyataan
kedua (yang merupakan sebab). Kedua pernyataan (pertama dan kedua) dihubungkan
dengan kata “sebab”. Kedua pernyataan itu dapat benar, salah, atau dapat juga
pernyataan yang satu benar, yang lain salah. Apabila kedua pernyataan itu
benar, yang perlu diperhatikan ialah apakah kedua pernyataan itu mempunyai
hubungan sebab-akibat (Arifin, 2014). Tes sebab akibat ini merupakan salah satu
bagian dari tes pilihan ganda, sehingga petunjuk penyusunan maupun kelebihan
dan kelemahannya tidak jauh berbeda.
2.3.2 Contoh soal sebab-akibat
Contoh:
Petunjuk:
Untuk soal berikut pilihlah:
A. Jika pernyataan benar, alasan benar,
dan keduanya menunjukkan hubungan sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar,
dan keduanya tidak menunjukkan hubungan
sebab akibat.
C. Jika pernyataan benar dan alasan
salah.
D. Jika pernyataan salah dan alasan
benar.
E. Jika pernyataan maupun alasan
keduanya salah
Soal:
1. Diketahui himpunan A = { 1,2,3,4 }, banyak
himpunan bagian dari A adalah 4
SEBAB
Banyak himpunan bagian dari suatu
himpunan adalan 2n
Jawaban : A
Pembahasan :
A = { 1,2,3,4 }
n(A) = 4
Banyak himpunan bagian dari suatu
himpunan adalah 2n sehingga banyak himpunan bagian dari A adalah 24
= 16
2. Diketahui himpunan B = { 1,3,5,7,9 } dan C
= { 2,3,5,8 }. Irisan himpunan B dan C adalah { 3,5 }
SEBAB
Irisan dari himpunan B dan C adalah himpunan yang anggotanya terdiri atas
anggota – anggota B atau anggota – anggota C
Jawaban : C
Pembahasan :
Alasannya salah, karena Irisan
himpunan B dan C adalah himpunan yang
anggotanya merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut, yaitu B ∩
C = { 3,5 } sedangkan himpunan yang anggotanya terdiri atas anggota – anggota B
atau anggota – anggota C merupakan gabungan dari dua himpunan tersebut yaitu B
U C = { 1,2,3,5,7,8,9 }.
2.3.3 Petunjuk Penyusunan
1. Soal
harus sesuai dengan indikator. Artinya, soal harus menanyakan perilaku atau
materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.
2. Setiap
soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. Artinya,
satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban yaitu pilihan jawaban yang paling
benar.
3. Pokok
soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan atau materi
yang hendak diukur atau ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian
atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksud penulis, dan hanya mengandung
satu persoalan untuk setiap nomor. Bahasa yang digunakan harus komunikatif
sehingga mudah dimengerti siswa. Bila anak tanpa melihat terlebih dahulu
pilihan jawaban sudah dapat mengerti pertanyaan atau maksud pokok soal maka
dapat disimpulkan bahwa pokok soal tersebut sudah jelas.
4. Pernyataan
sebab maupun akibat diupayakan saling berhubungan, meskipun salah satu atau
kedua-duanya merupakan pernyataan pengecoh atau bernilai salah.
2.3.4
Kelebihan
Tes Pilihan Ganda Tes Sebab-Akibat
Kelebihan:
a. Tes
sebab akibat sangat baik digunakan untuk mengukur banyak dimensi belajar,
antara lain: kemampuan bernalar, pemahaman konsep, hubungan antar konsep,
kemampuan berfikir sistematis dll.
b. Efektif
digunakan untuk menguji pengetahuan saat pendaftaran ke perguruan tinggi atau
dalam mencari pekerjaan sebab membutuhkan nalar dan pengetahuan yang tinggi.
c. Dengan
menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban dapat
dikoreksi dengan lebih mudah.
d. Dapat
dipakai berulang-ulang.
Kekurangan:
a. Konstruksi
tes sebab-akibat lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding
dengan penyusunan tes bentuk objektif lainnya.
b. Item
tes pilihan ganda sebab-akibatmemberi peluang kepada siswa untuk menerka
jawaban.
2.4
Cara Mengolah Skor (Sudaryono, 2012) untuk tes benar-salah dan tes sebab akibat
Rumus untuk mencari
skor akhir bentuk benar-salah ada 2(dua) macam, yaitu:
a. Dengan
denda
S = R – W
Dengan
pengertian:
S = skor yang diperoleh
R = right (jawaban yang benar)
W
= wrong (jawaban yang salah)
Contoh:
Jumlah
soal tes = 20 buah.
A
menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor untuk A adalah:
16
– 4 = 12
Dengan
menggunakan rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh
skor negatif.
b. Tanda
denda
Rumus:
S = R
Dihitung
hanya yang betul.
(untuk
soal yang tidak dikerjakan dinilai 0)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Tes
merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran
dan tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif.
2. Tes
benar-salah pada umumnya berupa pernyataan (statement),
ada yang benar dan ada yang salah. Tes benar salah ditekankan mengandung atau
tidaknya kebenaran dalam penyataan yang hendak dinilai siswa.
3. Petunjuk
penyusun tes benar-salah:
Ø Tulislah
huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah
mengerjakan dan menilai(scoring).
Ø Kalimat
yang dipergunakan untuk menyatakan isi item harus dirumuskan secara jelas dan
tegas sehingga isi item tersebut jelas mempunyai arti tunggal yakni benar atau
salah.
Ø Hindarilah
pernyataan negatif ataupun pernyataan negatif ganda dalam suatu item seperti
tidak, bukan tidak. Karena pnggunaan pernyataan negatif atau negatif ganda
dalam suatu item menuntut perhatian ekstra dari siswa untuk dapat memahami isi
item tersebut. Apabila tuntunan tidak dipenuhi, maka kemungkian besar akan
menjawab salah.
Ø Usahakan
agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur
misalnya: B-S-BS-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
Ø Hindari
item yang masih bisa diperdebatkan:
Contoh:
B-S. Kekayaan lebih penting daripada kepandaian.
Ø Hindarilah
kata-kata yang sifatnya mutlak seperti selalu, semua, tidak pernah, mesti, dsb.
Sebab, item yang mengandung kata-kata tersebut cenderung merupakan suatu item
yang jawabannya salah. Sebaliknya penggunaan kata-kata yang sifatnya relatif
seperti barangkali, kadang-kadang, biasanya, mungkin, dsb, seringkali merupakan
tanda bahwa item yang bersangkutan benar.
4. Pada bentuk soal hubungan antarhal,
siswa dituntut untuk mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pernyataan
pertama (yang merupakan akibat) dan pernyataan kedua (yang merupakan sebab).
Kedua pernyataan (pertama dan kedua) dihubungkan dengan kata “sebab”. Kedua
pernyataan itu dapat benar, salah, atau dapat juga pernyataan yang satu benar,
yang lain salah.
5. Petunjuk
penyusun tes benar-salah:
Ø Soal
harus sesuai dengan indikator. Artinya, soal harus menanyakan perilaku atau
materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.
Ø Setiap
soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. Artinya,
satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban yaitu pilihan jawaban yang paling
benar.
Ø Pokok
soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
Ø Pernyataan
sebab maupun akibat diupayakan saling berhubungan, meskipun salah satu atau
kedua-duanya merupakan pernyataan pengecoh atau bernilai salah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin
muslim. 2014. Tes Objektif. Tersedia:
https://arifinmuslim.wordpress.com/2014/02/22/tes-objektif/ [26 Pebruari
2017].
Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Asesmen pembelajaran. Bandung: Rosda.
Hamzah, ali. 2014. Evaluasi
pembelajaran matematika. Jakarta: Rajawali.
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran, penilaian & evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar evaluasi pembelajaran.
Yogyakarta: Graha ilmu.
Tirahayu, Asti. 2012. Soal Tipe Objektif Matematika. Tersedia : https://astitirahayui.wordpress.com/2012/03/25/soal-tipe-objektif-matematika/ [27 Pebruari 2017].
Komentar
Posting Komentar